Wednesday, November 25, 2009

Waktu dinahari sudah mahu melabuhkan layarnya. Sang mentari juga nampak mahu berselindung. Cahaya merah meliputi langit dan waktu ketika ini hampir mencecah 6.30 petang. Joe baru saja pulang dari kerja terus merebah punggung di sofa bagi melepaskan penat setelah sehari suntuk bekerja.


"Assalamualaikum.....assalamualaikum......" terdengar suara orang memberi salam dari luar rumah, bunyi si pemberi salam terdengaran seperti bukan pelat melayu.
"Waalaikum...mussalam" sahut Joe setelah mengjenguk siapa yang datang ke rumahnya dan betul sangkaannya orang yang berapa dihadapan pagar rumahnya itu, seseorang yang berbangsa asing, mungkin dari Bangla atau Pakistan.
" Ya....ada apa?" tanya Joe, cuba untuk menduga kedatangannya walaupun boleh mengagak maksud kedatangan nya itu.
" Mau mesin rumput ka? abang?" tanyanya yang jelas berbasikal mengalas mesin rumput di bahunya"
" wah..sudah lewat la hari ni....sudah mau malam. mana ada orang potong rumput malam-malam" jawap Joe sebagai memberi alasan untuk menolak tawaran si pemotong rumput itu.
" Tolong la abang.....hari ini saya belum makan lagi....belum ada orang mau potong...abang" rayunya dengan muka yang penuh kasihan. Berkelip-kelip dan berkaca matanya mohon simpati.
"Okeylah kamu boleh potong......tapi kamu sudah makan belum?"
"Banyak-banyak terima kasih...ya Abang..."
" Mari makan dulu...." Joe mempelawanya minum petang bersajikan pisang goreng dan teh O .
"Takpa abang saya buat kerja ini dulu"
" Mari-mari...." desa Joe sambil membawa masuk ke ruang tamu
Setelah usai menjamu juadah minum petang. Si lelaki pakistan pun mula menghidup mesin rumputnya dan terus sahaja menghayun-hayun pada rumput yang sedikit panjang di sebelah tepi bahagian rumah.

Kira 20 minit selesailah kerja, Azan maghrib pun sudah mula berkumdang di surau yang tidak jauh dari rumah Joe. "Ini upah nya " kata Joe sambil menyerahkan not RM 50 kepada si pemesin rumput tadi. " " Terima Kasih...Terima Kasih , maaf bang saya tidak ada duit keci mau pulang" "Ambil saja lah lima puluh tu" berkaca mata sambil tidak mekelip memandang wajah Joe seolah-olah tidak percaya. Terus dia cium duit itu dan melutut di kaki Joe. "Terima kasih banyak-banyak abang, ini memang rezeki saya hari ini" sautnya dengan nada yang menahan sebak.

Setelah lelaki itu berlalu, Joe berkata kepada isterinya, "Entah berapa rakaat di sembahyang tahajut malam tadi, alangkah bahagia nya melihat orang menyukur nikmat walaupun hanya lima ringgit"

No comments:

Post a Comment